Dari Kecamuk Perang Saudara Ke Dallas Menuntut Balas (Episode II – 642)

Semua kembali sibuk… menghitung dan menekan berbagai perangkat komputer. Hanya beberapa detik kemudian…
“Isyarat itu berasal dari sebuah danau di tengah belantara. Sekitar 400 kilometer di selatan Kota Saigon, kota terdekat dengan belantara itu sekitar 100 kilometer, yaitu Kota Can Tho, Sir!” lapor perwira bahagian peta.
Nakhoda kapal tersebut memperhatikan peta di kaca bening tembus pandang. Semua posisi berdasarkan keterangan yang dilaporkan si perwira segera tampil di kaca besar dalam ruang komando tersebut.
“Cari gugus pasukan kita dengan fasilitas helikopter terdekat dengan tempat itu!” ujar Nakhoda.
Peta di kaca itu diperbesar dan bahagian Laut Cina Selatan di penggal, lalu ditarik ke arah barat. Segera tampil di sana sebahagian peta Kamboja yang berbatasan dengan Vietnam bahagian selatan. Semua staf peta dan koordinat ini menghitung dan menganalisa.
“Sir, menurut data, satu regu pasukan SEAL dengan kapal selam dan dua buah heli ada di salah satu tempat tersembunyi di Teluk Kompong Sam, di bahagian paling selatan Kamboja. Jarak dari posisi pasukan SEAL itu ke tempat isyarat yang dipancarkan hanya sekitar 100 kilometer. Hanya mereka yang terdekat dengan posisi isyarat yang dikirim itu, Sir….”
“Hubungkan saya dengan pasukan itu!” ujar Nakhoda kepada perwira telekomunikasi.
“Yes, Sir!”
Hanya beberapa detik, hubungan dengan kapal selam rahasia pasukan SEAL Amerika di tempat rahasia di Teluk Kom Pong Sam di selatan Kamboja itu segera didapat.
“Sir, Mayor Murphy Black, komandan kapal selam SEAL di Teluk Kom Pong Sam, di telepon Anda….”
Komandan USS Alamo segera menyambar telepon berwarna putih di depannya.
“Laksamana Billy Yones Lee, Komandan USS Alamo di sini, Mayor Black?”
“Yes, Sir! Mayor SEAL Murphy Black, Komandan kapal selam khusus di posisi khusus, saya menunggu perintah Anda, Laksamana!”
“Anda memiliki dua helikopter di sana, Black?”
“Siap, yes, Sir!”
“Staf akan menyampaikan rincian yang lain kepada Anda. Tugas Anda menjemput sekarang juga orang kita di wilayah Vietnam, tak jauh dari tempat Anda!”
“Perintah diterima dan segera dilaksanakan, Sir! Rincian berikutnya kirim ke helikopter, yang segera saya terbangkan sendiri ke target yang ditentukan, Sir!”
“Mayor Black!”
“Yes, Sir….”
“Perintah ini tidak pernah ada. Namun saya tak ingin mengusulkan ke Pentagon agar Anda dipecat karena Anda tak berhasil membawa orang-orang itu pulang dengan selamat…!”
“Siap Sir! Perintah dan hubungan ini tidak pernah ada. Saya berusaha tak akan gagal. Laksamana…!”
“Satu lagi, Black….”
“Yes Sir….”
“Ada orang gila di antara yang akan Anda jemput itu. Namanya si Bungsu. Jangan dia sampai tak ada dalam daftar orang-orang yang Anda selamatkan….”
“Si Bungsu, siap Sir….!”
“Good luck, Black!”
“Good luck, Sir!”
Laksamana Billy Yones Lee memerintahkan kepada perwira radio yang memberikan rincian tempat darimana datangnya isyarat yang diberikan si Bungsu itu kepada Mayor Murphy Black.
“Mayor Black….”
“Yap, Mayor Black di sini….”
“Mayor Aland Snow, perwira radio USS Alamo di sini. Anda siap menerima rincian koordinat yang Anda tuju….”
“Ya, Saya sudah di helikopter. Silahkan rinciannya….”
Aland Snow segera memberikan rincian yang dimaksud. Kemudian hubungan segera di putus. Mereka tak melihat apapun di layar radar.
“Tak ada tanda-tanda helikopter atau pesawat apapun dari wilayah Teluk Kom Pong Sam, Laksamana….” ujar perwira radar.
“Ya, kita takkan melihat tanda apapun. Pesawat yang digunakan SEAL itu dirancang khusus untuk tak terdeteksi oleh radar. Termasuk radar kita….” ujar Laksamana Lee perlahan.
Suara helikopter yang tak terdeteksi radar itulah yang terdengar suaranya oleh rombongan kolonel MachMahon di tepi danau besar di belantara Vietnam itu. Mayor Black yang segera sampai dengan pesawatnya ke kordinat yang diinformasikan dari USS Alamo, hanya melihat belantara, kemudian sedikit padang lalang di bawah sana. Dia se­gera mengarahkan heli yang dicat dengan warna hitam total tersebut ke padang lalang itu dan memerintahkan untuk siaga penuh.
Dua orang sersan yang masing-masing memegang senapan mesin 12,7 siaga di kiri kanan pintu heli berukuran besar itu. Yang seorang lagi ada­lah orang yang setiap detik siap terjun ke bawah untuk memberikan bantuan darurat terhadap orang-orang yang akan naik ke heli. Namun sebelum heli tersebut sempat turun, pelarian yang berada di tepi danau itu tiba-tiba diserang dari segala penjuru oleh tentara Vietnam!
Hal yang semula memang tidak diperhitungkan oleh MacMahon dan si Bungsu adalah bergabungnya sisa pasukan Vietnam yang siang tadi memburu mereka. Sebenarnya mereka tidak bergabung. Pasukan yang berada di barak itu dipencar ke lima penjuru. Masing-masing satu peleton, yaitu sekitar tiga puluh orang. Dua peleton di an­taranya berhadapan dengan si Bungsu dan MacMahon. Sisanya, hanya belasan orang melanjutkan memburu Duval dan Roxy serta Thi Binh yang disuruh duluan oleh si Bungsu.
Yang tiga peleton lagi, ternyata sama-sama menjadikan danau besar di tengah belantara itu sebagai sasaran akhir pengejaran mereka. Kini, dalam waktu yang hampir bersamaan seluruh sisa pasukan Vietnam itu sampai di sana. Karena ten­tara yang datang dari arah kiri dan kanan danau, serta dari arah barak, para pelarian itu benar-benar terjepit. Namun MacMahon memerintahkan semua lelaki yang memegang bedil melindungi para wanita yang lari menuju helikopter.
Mayor Black menyumpah mendengar suara tembakan yang seolah-olah berdatangan dari se­gala penjuru. Dengan cepat dia menurunkan pesawatnya. Kedua sersan yang memegang senapan mesin itu menghajar setiap sumber tembakan de­ngan peluru mereka. Mayor Black berteriak menyuruh wanita-wanita itu segera lari mendekati pesa watnya. Beberapa tembakan menghajar tubuh helikopter tersebut. Namun tembakan itu dibalas oleh kedua sersan bersenapan mesin itu dengan tembakan gencar.
Di bawah hujan..

7 responses to “Dari Kecamuk Perang Saudara Ke Dallas Menuntut Balas (Episode II – 642)”

  1. napa gak di lanjutin ceritanya lg…….?

  2. Bilo ka dilanjuik an liak kow nop….

    Baa citoe jadie…..penasaran ambo a….

  3. Ma sambungan caritonyo ko,da..?Mambuek penasaran kami se ma,da…!

  4. Jan lh digantuang ndak batali carito no,da..!mati penasaran ambo dibuek no beko,dek ndak tau dimano barakhir no petualangan si bungsu..

  5. Iyo lah da nop,ambo tggu…B-)’

  6. Awak tunggu sambungan nyo mak Nop

Leave a reply to uda chan Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.